إن الحمد لله وحده, نحمده و نستعينه و نستغفره ونتوب اليه ونعوذ بالله من شرور
أنفسنا وسيئات أعمالنا من يهد الله فهو المهتد ومن يضلله فلن تجد له وليا مشرشدا,
أشهد أن لا اله الا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا
عبده ورسوله بلغ الرسالة
وأدى الأمانة ونصح للأمة وتركنا على المحجة البيضاء ليلها كنهارها لا يزيغ عنها الا
هلك, اللهم صل وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن دعا بدعوته الى يوم الدين.
أما بعد, فيا عباد الله اوصيكم ونفسي الخاطئة المذنبةبتقوى الله وطاعته لعلكم
تفلحون. وقال الله تعالى في محكم التنزيل بعد أعوذ بالله من الشيطان الرجيم : يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ
إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (ال عمران
: 102)
Pertama, marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita pada Allah dengan berupaya
maksima untuk melaksanakan apa saja perintah-Nya yang termaktub dalam Al-Qur’an
dan juga Sunnah Rasul saw. Pada waktu yang sama kita dituntut pula untuk
meninggalkan apa saja larangan Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an dan juga
sunnah Rasul Saw.
Hanya dengan cara itulah ketaqwaan kita mengalami peningkatan dan perbaikan….
Selanjutnya, selawat dan salam mari kita bacakan untuk Nabi Muhammad saw
sebagaimana perintah Allah : Wahai orang-orang beriman, ucapkan selawat dan
salam pada Nabi (Muhammad) saw. (QS Al-Ahzab : 56).
Beberapa tahun belakangan ini, khususnya sejak Disember 2004 lima tahun silam;
saat tsunami menerjang kawasan Barat Indonesia, khususnya wilayah Nanggro Aceh
Darussalam, kita semakin sering melihat dan menyaksikan berbagai peristiwa besar
yang menimpa, dan terakhir gempa dengan kekuatan 7.8 SR menggoncang wilayah
Sumatera, khususnya kota Padang dan Padang Pariaman.
Peristiwa-peristiwa besar (bencana alam) itu bahkan juga menimpa hampir semua
kawasan di atas muka bumi ini, tak terkecuali negara-negara maju teknologi
seperti Jepun, Taiwan, China, Eropah, Amerika dan sebagainya.
Berbagai bencana alam seperti, gempa bumi, banjir besar, tsunami, berbagai
penyakit yang mewabak dan bahkan di berbagai kawasan Amerika malah angin topan
dan badai, seakan telah menjadi tontonan biasa.
Yang lebih menyedihkan lagi ialah, semua peristiwa besar tersebut dipandang
bagaikan peristiwa yang terjadi begitu saja, tanpa ada kaitannya dengan kehendak
Tuhan Maha Pencipat alam ini, yakni Allah Ta’ala dan tanpa ada kaitannya dengan
perbuatan manusia terhadap Allah, Tuhan Pencipta mereka.
Hal tersebut dapat kita lihat ungkapan dan pandangan yang berkembang dalam
masyarakat yang mengandungi semangat melawan bencana-bencana besar tersebut
dengan cara membangun rumah dan gedung anti gempa, teknologi penghalang tsunami,
terusan raksasa pengendali banjir, hujan buatan untuk mengatasi kekeringan,
menciptakan vaksin anti berbagai virus yang menyebar di berbagai penjuru dunia
dan sebagainya.
Apa yang diberitakan, dibincangkan dan dilakukan sama sekali tidak mencerminkan
hubungan semua peristiwa itu dengan Allah, Rabbul Alamin.
Cara Pandangan Manusia Terhadap bencana Alam
Kalau kita mentadabburkan ayat-ayat Al-Qura’an terkait bencana alam yang menimpa
berbagai umat sebelum kita, sejak zaman nabi Nuh, Ibrahim, Luth, Syu’aib, Sholeh,
Musa dan sebagainya, kita akan menemukan dua pandangan manusia terhadap
peristiwa-peristiwa yang terjadi di atas bumi ini.
Pertama, cara pandang orang-orang kafir dan ingkar pada Allah dan Rasul-Nya.
Cara pandang orang-orang yang sombong pada Allah dan tidak mengenal Tuhan
Pencipta alam yang sebenarnya. Cara pandangan orang-orang sekular yang tidak
mampu melihat kaitan antara Tuhan dengan hamba, antara agama dengan kehidupan
dan antara dunia dan akhirat.
Manusia semacam ini adalah manusia yang tidak pernah mau dan tidak mampu
menjadikan berbagai peristiwa alam tersebut sebagai pelajaran dan sebagai bukti
kekuasaan dan kebesaran Allah. Mereka bukannya menghisab diri dan kembali kepada
Allah, melainkan semakin bertambah kesombongan dan pembangkangan mereka pada
Allah dan Rasul-Nya. Hal seperti ini dijelaskan Allah dalam Al-Qur’an, di
antaranya dalam surat Ghafir / 40 : 21 – 27 :
أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ
كَانُوا مِنْ قَبْلِهِمْ كَانُوا هُمْ أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَآَثَارًا فِي
الْأَرْضِ فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ بِذُنُوبِهِمْ وَمَا كَانَ لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ
وَاقٍ
(21)
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانَتْ تَأْتِيهِمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَكَفَرُوا
فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ إِنَّهُ قَوِيٌّ شَدِيدُ الْعِقَابِ
(22)
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَى بِآَيَاتِنَا وَسُلْطَانٍ مُبِينٍ
(23)
إِلَى فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَقَارُونَ فَقَالُوا سَاحِرٌ كَذَّابٌ
(24)
فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْحَقِّ مِنْ عِنْدِنَا قَالُوا اقْتُلُوا أَبْنَاءَ
الَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ وَاسْتَحْيُوا نِسَاءَهُمْ وَمَا كَيْدُ الْكَافِرِينَ
إِلَّا فِي ضَلَالٍ
(25)
وَقَالَ فِرْعَوْنُ ذَرُونِي أَقْتُلْ مُوسَى وَلْيَدْعُ رَبَّهُ إِنِّي أَخَافُ
أَنْ يُبَدِّلَ دِينَكُمْ أَوْ أَنْ يُظْهِرَ فِي الْأَرْضِ الْفَسَادَ
(26)
وَقَالَ مُوسَى إِنِّي عُذْتُ بِرَبِّي وَرَبِّكُمْ مِنْ كُلِّ مُتَكَبِّرٍ لَا
يُؤْمِنُ بِيَوْمِ الْحِسَابِ
"Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, lalu memperhatikan
betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka itu adalah lebih hebat
kekuatannya daripada mereka dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi
maka Allah mengazab mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan mereka tidak
mempunyai seorang pelindung dari azab Allah" (21)
"Yang demikian itu adalah karena telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka
dengan membawa bukti-bukti yang nyata lalu mereka kafir; maka Allah mengazab
mereka. Sesungguhnya Dia Maha Kuat lagi Maha Keras hukuman-Nya" (22)
"Dan sesungguhnya telah Kami utuskan Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan
keterangan yang nyata,(23) kepada Fir'aun, Haman dan Qarun; maka mereka berkata:
"(Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta."(24)
"Maka tatkala Musa datang kepada mereka membawa kebenaran dari sisi Kami mereka
berkata: "Bunuhlah anak-anak orang-orang yang beriman bersama dengan dia dan
biarkanlah hidup wanita-wanita mereka." Dan tipu daya orang-orang kafir itu tak
lain hanyalah sia-sia (belaka)" (25)
"Dan berkata Fir'aun (kepada pembesar-pembesarnya): "Biarkanlah aku membunuh
Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir
dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerosakan di muka bumi."(26) Dan Musa
berkata: "Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari setiap
orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari berhisab."(27) (Q.S.
Ghafir : 21 -27)
Kedua, cara pandang orang-orang beriman kepada Allah dan para Rasulnya. Apa saja
peristiwa alam yang terjadi mereka kembalikan semuanya kepada kehendak dan
kekusaan Allah, mereka hadapi dengan hati yang penuh iman, tawakkal, sabar dan
tabah serta mereka lihat sebagai sebuah ujian dan musibah untuk menguji kualiti
keimanan dan kesabaran mereka, atau menganggap sebagai teguran Allah atas
kelalaian dan dosa yang mereka lakukan.
Selain itu, semua peristiwa yang menimpa manusia mereka jadikan sebagai momentum
terbaik untuk menghisab diri (taubat) agar lebih dekat kepada Allah dan sistem
Allah dan Rasul-Nya. Pada saat yang sama merekapun meninggalkan
larangan-larangan Allah dan Rasul-Nya.
Mereka adalah orang-orang yang berjaya dalam beriteraski dengan alam dan dalam
menghadapi berbagai ujian dan cubaan semasa hidup di dunia dan juga di akhirat
kelak. Allah menjelasakannya dalam Al-Qur’an surat Al-Baqoroh ayat 155 – 157 :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ
وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155)
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ
رَاجِعُونَ (156)
أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ
الْمُهْتَدُونَ (157)
"Dan sungguh akan Kami berikan cubaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar.(155) (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa
musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun (sesungguhnya
kami milik Allah dan sesungguhnya kami sedang menuju kembali kepada-Nya) (156)
Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan
mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (157) (Q.S. Al-Baqoroh
/ 2 : 155 -157)
Penyebab Terjadinya Musibah
Al-Qur’an dengan tegas menjelasakan bawa sebab utama terjadinya semua peristiwa
di atas bumi ini, sama ada gempa bumi, banjir, kekeringan, tsunami, penyakit
tha’un (mewabah) dan sebagainya disebabkan oleh manusia itu sendiri, baik yang
terkait dengan pelanggaran sistem Allah yang ada di laut dan di darat, maupun
yang terkait dengan sistem nilai dan keimanan yang telah Allah tetapkan bagi
hambanya.
Semua pelanggaran tersebut (pelanggaran sunnatullah di alam semesta dan
pelanggaran syariat Allah yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul-Nya,
termasuk Nabi Muhammad Saw), akan mengakibatkan kemurkaan Allah. Kemurkaan Allah
tersebut direalisasikan dengan berbagai peristiwa seperti gempa bumi, tsunami
dan seterusnya.
Semakin besar pelanggaran manusia atas sistem dan syariat Allah, semakin besar
pula peristiwa alam yang Allah timpakan pada mereka. Allah menjelaskan dalam Al-Qur’an
:
فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا
وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ
وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا
أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (40)
"Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara
mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka
ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami
benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan
Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang
menganiaya diri mereka sendiri." (Q.S. Al-Ankabut / 29 : 40)
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
(41)
Telah nampak kerosakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).(Q.S. Ar-Rum / 30 : 41)
Melalui ayat-ayat Al-Qur’an tersebut jelaslah bagi kita bahwa :
- Semua peristiwa dan bencana yang kita saksikan di atas bumi dan alam semesta ini tidak ada yang terjadi begitu saja dengan sendirinya, melainkan sesuai kehendak dan ketentuan Tuhan Penciptanya, yakni Allah Ta’ala.
- Berbagai persitiwa dan bencana itu disebabkan kederhakaan dan kesombongan manusia terhadap Allah dan syari’at Allah serta berbagai dosa-dosa yang mereka lakukan. Lalu Allah menurunkan berbagai azab atas mereka.
- Orang-orang kafir, sombong dan ingkar pada Allah dan Rasul-Nya melihat berbagai peristiwa tersebut murni hanya sebagai peristiwa alam yang terlepas dari kehendak Allah. Mereka tidak dapat mlihatnya sebagai sebuah azab, teguran atau cubaan. Melainkan hanya menambah kesombongan dan kekufuran kepada Allah. Sikap yang mereka kembangkan juga seakan melawan kehendak Allah. Namun sayang, sepanjang perjalanan umat manusia, belum ada satupun manusia yang mampu mengalahkan dan melawan kehendak Allah, kendati Fir’aun yang begitu hebat memiliki semua kekuatan semasa berkuasa, namun tenggelam juga di laut merah dan bangkainya dapat kita saksikan sekarang di sebuah museum di Mesir. Demiakian juga dengan negara-negara maju hari ini seperti jepun, Eropah dan Amerika. Belum pernah mereka mampu menahan gempa bumi, tsunami dan berbagai bencana yang Allah turunkan di negeri mereka. Semuanya lemah dan tak berdaya di hadapan kehendak Allah.
- Sebaliknya, orang-orang beriman akan melihat semua peristiwa yang terjadi merupakan ujian dan teguran dari Allah. Mereka akan segera kembali dan bertaubat pada Allah. Semakin taat pada aturan Allah, baik yang terkait dengan sunnatullah maupun syari’at Allah.
- Sistem Allah terkait dengan imbalan (pahala) dan hukuman (punishment) bukan hanya terjadi di akhirat, melainkan sudah Allah terapkan sejak kita hidup di dunia. Setiap kebaikan yang dibangun di atas dasar iman pada Allah dan ketaatan pada-Nya dan Rasul-Nya akan berakibat keberkahan hidup di dunia dan keselamatan di akhirat. Sebaliknya, setiap pelanggaran sistem Allah yang terkait dengan keimana, syari’ah, akhlak, sunnatullah dan sebabgainya akn berakibat kepada tidakan Allah melalui berbagai bencana yang Allah timpakan kepada manusia. Mari kita renungkan firman Allah berikut ini :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ
بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا
كَانُوا يَكْسِبُونَ (96) أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى
أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ (97)
أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ
(98) أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا
الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ (99)
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
menolak (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.(96)
Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami
kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur?(97) Atau apakah
penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada
mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain?(98)
Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada
yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi."(99) (Q.S. Al-A’raf
/ 7 : 96 – 99)
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني وايكم بما فيه من الآيات و الذكر الحكيم
أقول قول هذا وأستغفر الله لي ولكم إنه هو السميع العليم ......
krdt http://www.squad99.org
Tiada ulasan:
Catat Ulasan